Adab

Adab Murid terhadap Diri sendiri

  1. Meninggalkan para pelaku keburukan dan berkawan dengan orang-orang pilihan. Di dalam satu riwayat disebutkan bahwa Allah mewahyukan kepada Musa,”janganlah engkau duduk bersama (bergaul) dengan orang yang suka memperturutkan hawa nafsu, sebab mereka memunculkan sesuatu yang belum ada di hatimu”. Bergaul dengan orang-orang pilihan bisa mewariskan kebaikan, sedangkan bergaul dengan orang-orang jahat dapat mewariskan kejahatan.
    Seperti yang diungkapkan dalam syair: ” Ruh laksana angin, bila melewati minyak wangi ia mewangi,bila melewati bangkai ia menjadi berbau busuk “.
  2. Apabila dia mempunyai anak istri, hendaklah ia menutup pintu saat hendak berdzikir. Sebab tidak ada mudharat bagi murid yang lebih berbahaya daripada berteman dengan orang yang berlawanan,yakni orang yang tidak senang terhadap hal yang engkau senangi. Jika tempat dzikir itu sempit dan gelap, itu justru lebih bisa menghimpun gertara hati daripada tempat yang luas dan mendapat terang cahaya matahari atau lampu. Contoh perilaku anak istri yang mengingkari jalan kaum sufi adalah sikap mereka yang memperolok dirimu saat engkau berdzikir engkau sampai minyingkap tutup kepala, mondar-mandir dan bersuara gaduh hingga membuat engkau marah. Lalu karena itu tekad hatimu untuk berdzikir menjadi lemah.
  3. Tidak berlebihan dalam segala hal,tetapi ala kadarnya. Seperti dalam hal makan,minum, pakaian,menikah dan lainnya. Al imam Al Ghazali berkata : ” Allah menjadikan sikap berlebihan dalam makan dan minum di dunia sebagai sebab hati menjadi sekeras batu, anggota badan menjadi kendur tak mau melakukan ketaatan dan tuli dari nasihat.
  4. Tidak cinta dunia dan selalu memandang akhirat. Sebab cinta kepada Allah tidak akan merasuk ke dalam hati yang cinta dunia. Rasulullah SAW bersabda ” Cukuplah keburukan bagi anak Adam bila sampai dia dituding dengan jari dalam agama dan dunianya,kecuali orang yang dijaga dari dosa oleh Allah Ta’ala”. Ketika meriwayatkan hadits tersebut, Al Hasan ditegur seseorang, “apabila orang-orang melihat anda,mereka menuding anda dengan jemari mereka. Lalu dia berkata,bukan ini maksudnya,yang dimaksud adalah para pelaku bid’ah di dalam agama dan pelaku kefasikan di dalam urusan dunia. Penjelasan hadits ini dengan derajat marfu’ “.
  5. Tidak tidur dalam keadaan junub (berkewajiban mandi besar). Hendaklah dia senantiasa dalam keadaan suci dari hadats.
  6. Tidak mengharap-harap harta benda milik orang lain serta menutup pintu hasrat mendapatkan perhatian makhluk. Tidak berpaling kepada siapapun makhluk,entah mereka menerima maupun menolak dirinya.
  7. Apabila rezekinya sempit dan orang-orang tidak berbelas kasih kepadanya, hendaklah dia bersabar tidak gelisah. Sebab banyak murid yang saat mulai menapaki thariqah,dunia berpaling dari dirinya. Jangan sampai kondisi itu membuatnya berkata,”aku tidak membutuhkan thariqah”, karena ini berarti dia telah merusak janji setianya sehingga dia tidak akan bahagia selamanya. Apabila mengalami kesempitan dalam urusan dunia, hendaknya dia menyadari bahwa Allah hendak menjadikan dia sebagai wali Nya dan membukakan mata hatinya.
  8. Senantiasa mawas diri. Mendorong diri untuk terus meniti jalan thariqah setiap kali terantuk nafsu dan kesenangan-kesenangannya. Katakanlah pada diri sendiri,”Bersabarlah!, Masa rehat sudah dekat di depanmu. Aku membuatmu lelah demi kesenanganmu di akhirat.
  9. Menyedikitkan tidur, terutama di waktu sahur. Sungguh,waktu sahur merupakan waktu ijabah.
  10. Menjaga diri untuk hanya makan makanan yang halal.
  11. Membiasakan diri makan hanya sedikit,yakni dengan berhenti makan sebelum kenyang dan cukup dengan makanan yang sedikit. Kondisi ini bisa menumbuhkan semangat untuk melakukan ketaatan dan menghilangkan kemalasan.
  12. Menjaga lisan dari omongan yang tidak berguna dan menjaga hati dari semua khawatir. Sungguh,siapa yang lidahnya terjaga dan hatinya lurus, rahasia-rahasia ilahi akan tersingkap untuknya.
  13. Berusaha maksimal mungkin menjaga mata agar tidak sampai melihat hal-hal yang diharamkan. Sebab melihat hal haram laksana racun mematikan, anak panah yang menusuk hati hingga mati, apalagi jika memandangnya disertai syahwat. Al-Junaid berkata,”Salah satu perompak paling kejam yang memutus murid dari thariqah adalah bergaul dengan anak muda dan kaum perempuan”. Karena itu seyogyanya murid tidak duduk bersama anak muda yang cantik, apalagi berduaan di tempat sepi”.
  14. Tidak bergurau, karena bergurau dapat mematikan hati dan menyelimutinya dengan gelap. Kalaulah seorang salik tau seberapa besar kemerosotan diri akibat bergurau,tentu dia tidak akan mengulanginya. Orang yang hatinya bercahaya mengetahui hal itu. Tetapi orang yang hatinya berselimut gelap,bahkan dia tidak merasakan bahayanya sedikitpun. Rasulullah SAW bersabda, “janganlah kamu membenci saudaramu,jangan pula bersenda gurau dengannya”. Utamanya adalah meninggalkan Senda gurau, kecuali pada waktu-waktu tertentu misalnya ketika mengalami kondisi amat sulit dan hati amat sempit.
  15. Meninggalkan perdebatan dengan para murid. Sebab berdebat bisa mewariskan kelupaan dan membuat hati menjadi keruh. Apabila sampai terjebak dalam perdebatan, segeralah memohon ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada lawan debatnya, bila dia di pihak yang benar.
  16. Menghampiri saudaranya sesama murid ketika hati sedang susah. Duduklah bersama mereka sambil membahas adab-adab thariqah, sampai dadanya terasa lapang dan beban dihatinya lenyap.
  17. Tidak tertawa terbahak-bahak, sebab tertawa terbahak-bahak dapat mematikan hati. Karena itu Rasulullah SAW tidak pernah tertawa terbahak-bahak, beliau cukup tersenyum.
  18. Tidak membahas keadaan orang lain dan tidak pula berbantahan dengan mereka.
  19. Tidak cinta pangkat dan jabatan,karena dapat memutus dari jalan kebenaran. Rasulullah SAW bersabda, ” Dua serigala lapar nan rakus yang bermalam di kandang kambing, daya rusaknya terhadap kambing tidak lebih besar daripada daya rusak ketamakan seseorang akan kemuliaan dan harta terhadap agamanya “.
  20. Rendah hati (Tawadhu), karena rendah hati akan menambah derajat seorang hamba.
  21. Senantiasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berharap mendapat ampunan Nya. Tidak memandang peribadatan dirinya bernilai. Dia harus sadar bahwa kalaulah bukan karena anugerah dari Allah Ta’ala, tentu dia layak mendapat siksa.
  22. Membiasakan diri menggantungkan semua ucapan dan perbuatannya pada kehendak Allah. Yakni dengan berkata, misalnya ” aku akan melakukan sesuatu,insya’ Allah “.
  23. Merahasiakan Asrar yang dilihatnya dalam tidur ataupun terjaga. Tidak mengungkapkan kepada siapapun kecuali gurunya. Menceritakan Asrar kepada orang lain dapat membuatnya terusir dari hadirat Allah Ta’ala dan tertutup dari pintu ke murid an. Seperti orang yang mengaku diri telah mencapai maqam tertentu padahal nyatanya belum, dia akan tercegah dari maqam tersebut sebagai hukuman baginya. Jika terpaksa harus menceritakan Asrar tersebut agar menjadi pelajaran dan adab, hendaklah dia menisbatkannya kepada orang lain. Misalnya dengan berkata ,” aku mendengar salah seorang Arif berkata … Bla BLA BLA”, sekira orang mendengarkannya tidak paham Asrar yang diceritakan itu pengalaman pribadinya.
  24. Menyempatkan waktu khusus untuk menyendiri dan berdzikir dengan dzikir yang diajarkan oleh gurunya, tanpa menguranginya dan tidak pula menambahnya.
  25. Tidak kendur melaksanakan ibadah karena menunggu-nunggu futuh. Beribadahlah kepada Allah dengan ikhlas karena Nya,entah kemudian mata hatinya mendapat futuh dan hijab terangkat darinya maupun tidak.

Sumber :
” Kitab Tanwirul Qulub “
Terjemahan.